GURU QUR’ANKU TELAH PERGI

Berita Islam – Selepas solat subuh tadi pagi seperti biasa saya membuka HP untuk menegecek pesan-pesan yang belum terbaca, terutama pesan penting dari para ekspatriat atau dari Jakarta, maklum perbedaan waktu selisih empat jam. biasanya sy mengutamakan pesan yang japri dulu baru kemudian WAG kedinasan, WAG komunitas, dlsb.

Namun betapa kaget, ketika ada japri dari Kang Awi, anak sulung putra KH.Tamam Kamali, isi berita itu mengabarkan kabar duka tentang wafat ayahandanya; Mama Tamam atau Kang Tamam, panggilan khas untuk KH.Tamam Kamali, dini hari kamis 12/03/20. Kekagetan itu sangat beralasan karena beberapa hari sebelumnya kita baru saja kehilangan kyai muda Buntet Kang Ayip Abbas dan tokoh Banser mas Alfa Isnaeni.

Kang Tamam adalah menantu dari Romo KH. Abdul Hannan, guru qur’an bin nadzar di pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon, Ki Hannan adalah ulama ahli hikmah asal Lebak Ciwaringin dan menikahi Nyai Solihah putri dari Ki Madamin, Ki Hannan tokoh yg disegani di wilayah Cirebon. Kang Tamam sendiri masih kerabatnya, karena masih cucu Ki Madamin dari Nyai Muthiah, yang lahir di Babakan th 1940 kemudian menetap di desa Gempol palimanan dan murid dari KH. Umar Soleh bin Harun Kempek, makanya Kang Tamam adalah mujiz qur’an ala “Kempekan” pertama di pondok Babakan tsb, yang sanad qur’annya bersambung ke Mbah Munawir Krapyak.

Selepas dari Kempek, Kang Tamam muda kembali ke Babakan beserta ibunya sepeninggal ayahnya KH. Muhammad Gempol dan tinggal dirumah Ki Madamin, kakeknya, beliau mengabdi dan tabarrukan dengan para masyayikh yg juga paman2nya seperti KH. Amin Sepuh, KH. Abdul Hannan, KH. Sanusi dan Kyai Masduqi Ali.

Sebagai murid Ki Umar kemudian oleh kakeknya diminta untuk mengajar Qur’an ala Kempekan, yang murid2nya adalah putra-putri para kyai, juga tentunya para santri. Selain mengajar qur’an, pastinya beliau mengajar pelajaran Tajwid di Madrasah Al-Hikamus Salafiyah (MHS) dan Madrasah Salafiyah Syafiiyah (MSS) putri Bapenpori dibawah asuhan KH. Fuad Amin.

Karena keuletan dan ketekunannya, Kang Tamam diambil menantu oleh mbah Hannan dengan salah satu putrinya yang juga muridnya, yg tak lain sepupunya sendiri, yaitu Nyai fathimah Hannan, adik alm. KH. Makhtum Hannan, tentu untuk melestarikan kajian qur’an ala kempekan tadi. Untuk melembagakan kajiannya tahun 1970-an beliau membuka Madrasah Al-Qur’an al-Hikamus Salafiyah (MAHS) madrasah diniyah spesialis ilmu al-Qur’an, atas jasanya kaka iparnya KH. Hariri Amin, Kyai Tamam diangkat menjadi guru PNS di madrasah yang beliau pimpin tersebut.

Saat saya mesantren di Babakan tahun 1983, santri-santri yang ikut ngaji al-Qur’an semakin banyak sehingga pengajaran agak kewalahan, maka beliau tidak lagi mengajar turutan (Juz ‘Amma) tapi diserahkan kepada santriwan dan santriwati seniornya yang sudah khatam dan mendapatkan ijazah sanadnya. tak ketinggalan juga, saya dan teman2 santri yang sudah tamat dan ikut khotmil juz Amma bil ghoib (hafalan) baru bisa melanjutkan pengajian Qur’an 30 juz bin nadzar langsug (muwajahah) Kyai Tamam Kamali yang waktu belajarnya dimulai jam 22.00 sampai tengah malam.

Sebagai rasa syukur menjadi santri yang mendapatkan pelajaran berharga tentang bacaan Qur’an secara mujawwad dan tartil, setelah tamat dan mendapatkan ijazah serta sanad selama tiga tahun belajar di MAHS, sesuai tradisi, maka dengan senang saya pun ikut berkhidmat membantu mengajar juz Amma dan setoran qur’an bagi adik2 santri yang junior. Dalam perjalanannya beliau memberi kepercayaan kepada kami dan temen2 senior lain membantu perpindahan nama madrasah MAHS menjadi MQHS, terkait perizinan, membuat logo, hingga dipercaya menjadi koordinator madrasah diniyah di pesantren putri Attamamiyah, yang kemudian berubah menjadi Al-Kamaliyah dimana beliau menjadi pengasuhnya.

Selain pengajian al-Qur’an ala kempekan tadi, Mama Tamam juga membuka pengajian bandongan kitab Siroj al-Qori yang membahas tentang ragam Qiroah Sab’ah (bacaan imam tujuh) seminggu sekali yang waktunya bada isya yang diadakan di rumahnya. Sementara di madrasah diniyah MHS beliau mengajar mata pelajaran tajwid dengan kitab Jazariah untuk tingkat Tsanawiyah, serta mengampu pelajaran hadits Subulus salam syarah Bulughul Maram di siswa tingkat Aliyah.

Saya menyaksikan, beliau betul2 kyai yang ahli dan pakar tentang Qiraat, beliau memang tidak hafal, tapi tahu dan selalu reflek untuk membetulkan setiap santri yang salah dalam bacaan, makharij ayat demi ayat, termasuk waqaf dan washalnya. Beliau punya prinsip yang kuat, mungkin pengaruh gurunya yang dikenal disiplin, beliau sering memuji guru qur’annya Kyai Umar Soleh Kempek dan Kyai Masduqi Ali dalam ilmu Mantiq, kalam dan Fiqh. makanya ketika KH. Masduqi Ali membuka jum’atan di masjidnya, beliau sami’na wa atho’na ketika diminta menjadi imam jumatan dan tentunya membadali imam rawatib.

Kayi Tamam bagi saya adalah guru, orang tua dan mursyid sekaligus, bahkan beliau salah satu mujiz awrad Dalāil al-khairāt, termasuk saya masuk PNS, tentu atas restu dan support beliau, yang sebelumnya saya kurang ‘sreg’ dengan status abdi negara tersebut, maklumlah keluarga kami dan guru2 di pesantren kebanyakan menghindarinya, tapi beliau punya alasan lain yg logis, bahwa dakwah dan khidmat ilmu dimana saja yang penting anfa’uhum linnās.

Sebenarnya masih banyak yang ingin saya kenang dalam takziah tulisan ini, alhasil, saya menyaksikan Mama Kyai Tamam adalah sosok kyai yang soleh, beliau sangat sederhana dan istiqomah, moderat namun teguh dalsm prinsip, kepergiannya tentu sangat menyedihkan kita semua, terlebih disaat duka ini posisi saya nun jauh dari almamter yang membesarkan saya tersebut, namun saya haqqul yaqin dengan barokah dan syafaat qur’an, beliau husnul khotimah dan min ahlil jannah, amin.

Oleh Sadun El-Zabeed

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.