Cetbang.com, Gowes – Aktivitas bersepeda atau gowes sempat menjadi tren di awal pandemi COVID-19 merebak. Bagaimana perkembangannya sekarang ini?
Ketua Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) Eko Wibowo Utomo mengungkap penjualan sepeda kini mulai surut dibanding tahun lalu yang ekspektasinya bisa mencapai 7-8 juta unit per tahun. Sementara tahun ini paling mentok hanya 5 juta unit. Permintaan yang merosot juga berpengaruh pada harga jual sepeda.
“Kalau kita lihat di pasar, kan gini, ada upnormal price karena harga digoreng (di 2020), karena permintaan tinggi harga dinaikin. Tapi dari harga di importir maupun produsen plus minus itu antara 20-30%, kalau ada yang lebih dari itu, tadinya harganya tidak normal,”
Hal ini terjadi karena permintaan di masyarakat memang sedang lesu. “Demand masih tetap ada walaupun tidak sebesar sebelumnya,” katanya.
Lantaran, aktivitas masyarakat kini sudah mulai berjalan normal seperti sebelum pandemi. Selain itu, masyarakat juga semakin melek harga dan cenderung lebih memilih sepeda dengan harga terjangkau ketimbang yang di atasnya aktivitas masyarakat kini sudah mulai berjalan normal seperti sebelum pandemi.
“Mulai daya beli masyarakat di bawah itu sudah mencari harga yang, ya udah price sensitif lah, lebih cari yang (murah). Contoh beberapa sepeda lipat yang tadinya harga Rp 4 juta lebih sekarang sudah menyesuaikan di Rp 2 juta malah ada yang Rp 2 juta ke bawah,” terangnya.
Faktor lainnya yang membuat harga sepeda merosot adalah terjadinya oversupply unit sepeda. Tingginya permintaan akan sepeda pada 2020 lalu mendorong produsen memproduksi lebih banyak sepeda, namun belum semua terjual, akhirnya terjadi oversupply di produsen.
Ditambah lagi ada serbuan sepeda impor yang pada akhir 2020 lalu sempat tertahan tak bisa masuk ke Indonesia dan baru bisa masuk awal 2021 ini.
“Jadi masuk 2021 itu kan ada masa di mana stok barang yang tadinya tertahan di 2020 itu mulai masuk lagi di 2021 awal dan itu menyebabkan terjadinya oversupply di pasar,” terangnya.